Manusia dan Cinta Penderitaan
Penantian yang berujung
luka
Tempat ini
adalah tempat bersejarah bagiku, rintik hujan seakan menjadi penghias di
penantian ku ini,”penantian yang berujung tanpa kepastian”. Helai demi helai daun
jatuh berguguran tepat disamping kursi yang kududuki, kursi yang tak
berpenghuni sejak 4 tahun yang lalu.
Berharap ada
sebuah keajaiban yang datang menghampiriku dengan sebuah senyuman manis penuh
kebahagiaan.
“kemana ?
kemana aku harus mencari?”
Mencari
sosok dia yang selama ini kudambakan ?
Kemana sosok
yang selama ini “telah berhasil memikat hati ini ?”
Dia pergi
begitu saja, seperti sampah yang terbawa hanyut oleh banjir, tanpa permisi
maupun berpamitan.
Menunggu
sosok dia itu seperti menunggu “kura-kura naik keatas pohon” sampai kapanpun
tak akan mungkin terjadi.
Sekarang
semua telah berbeda dan berubah, lenyap sudah
harapan yang selama ini ku impikan.
Aku mengerti,
aku hanyalah seperti sosok bulan yang mungkin tak pernah dipertanyakan
lagi keberadaannya oleh matahari ,
karena bumi lebih butuh matahari di bandingkan dengan bulan.
Tapi,
bagaimana dengan rasa ini ? sebuah rasa yang terlanjur menjalar hebat di ruang hatiku ,Hati yang
selama ini telah kututup untuk orang lain karena dirimu.
“sebuah rasa
yang sederhana namun terbalut hebat oleh ketulusan rasa sayang”.
Sekarang
melihat sosok mu itu ibarat melihat matahari, “semakin ku paksakan maka akan
semakin tak jelas”, buyar seketika penglihatan itu.
Tapi, aku tak dapat memaksakannya. Mungkin dia
pun memiliki sebuah rasa yang bukan di tunjukan kepadaku , tapi kepadanya.
Sekarang rasa itu menjelma menjadi sebuah luka, luka yang sampai kapanpun akan
terus membekas.
Komentar
Posting Komentar