Bermain Api

Dikegelapan malam yg sunyi sepi dan jauh dari keramaian hal seperti itu sangat cocok untuk melukiskan suasana hati ku. 1..2 dan 3.. Aku pun kembali terseret kedalam permainan itu. Permainan yg benar2 paling ku benci dan ku takuti. Kenapa aku begitu bodoh? aku bermain api untuk kesekian kalinya. Aku tak mau kejadian seperti dulu terulang kembali saat saat dimana aku tak bisa padamkan api itu.

Dulu aku berusaha semaksimal mungkin untuk memadamkan api yg terlanjur tumbuh dihatiku dan seiring berjalannya waktu aku pun mampu melakukannya.

Tapi sekarang? Aku tak yakin bisa memadamkan api itu dengan skala yg begitu besar. Akhirnya aku putuskan untuk memadamkan api itu dalam skala kecil. Aku takut api itu lama kelamaan akan membesar.. Membesar dan makin membesar. Seperti itulah rasa takut ku kepadamu. Aku takut rasa ku ini terus merajelala hingga ke plosok plosok hatiku. Dan aku takut api cintaku ini akan berkobar dengan dahsyat bagai bara api yg melahap rumah warga.

Maka dari itu mumpung skala api itu masih dalam keadaan kecil, aku harus segera memadamkan nya agar kedepannya tidak terjadi hal hal yg tidak ku inginkan.

Bermain api? Hmm.. Memang sangat mudah untuk menyalakannya. Dan pasti akan memancarkan cahaya terang yg begitu indah. Tetapi setelah api itu mati? Tak ada cahaya penerangan yang ada hanya kegelapan. Seperti itulah rasa suka ku padamu. Kehadiran mu seperti cahaya di kehidupanku tetapi sekarang cahayamu itu semakin redup.. Redup dan redup. Dan akhirnya lebih baik aku padamkan saja api itu. Aku tak mau semua nya menjadi terlambat dan berakhir dengan sebuah penyesalan. 


Sumber : Sasa Avisha 

Komentar

Postingan Populer