gema takbir

Aku duduk di pojokan sudut sebelah kanan sambil menatap bintang penuh harapan. Aku iri pada bintang- bintang di langit mereka bnyak sekali yg menemani. Sementara aku? Aku hanya sebatang kara yg jauh dari keramaian.

"Allahuakbar.. Allahuakbar..!" begitulah lantunan takbir yg dikumandangkan oleh para remaja mesjid. Setidaknya kemeriahan suara petasan cukup membuatku terhibur dan bangkit dari keterpurukan , tapi tetap saja tidak bisa mengobati kesedihan ku yang amat mendalam

aku jadi teringat kembali kejadian 1 tahun yg lalu. Kejadian yg amat sangat dahsyat, kejadian itu cukup membuat seluruh keluargaku meninggal dunia. Suatu tabrakan antar lempeng bumi yg terjadi didasar laut "tsunami"

Sang Ilahi, apa Kau marah terhadap negara kami? Apa Kau murka terhadap negara kami? Apa kau telah menurunkan adzab terhadap negara kami? Sampai- sampai kau mendatangkan bencana tsunami terhadap negara kami.

Tetesan air mata pun jatuh membasahi pipiku. ayah, ibu, adik, kakak, teman teman , aku rindu kalian semua. Aku disini seperti orang asing, aku sama sekali tak mendapatkan kebahagiaan.

Malam takbiran kali ini sangat berbeda sekali dengan tahun lalu. Tahun lalu aku dan kalian semua yg melantunkan suara takbir, tahun lalu aku dan kalian semua yg bermain petasan, dan tahun lalu jg aku dan kalian semua yg memainkan bedugnya.
Tapi sekarang? Tidak sama sekali!

Situasi dan kondisinya sudah benar benar berubah. Aku hanya menghabiskan sisa waktu hidupku dibalik kursi roda ini. Rasanya sungguh tak lengkap sekali merayakan malam takbiran tanpa kehadiran kalian disisiku.

Hari pun semakin larut, tangis ku semakin pecah mataku semakin sembab. Hanya karena melihat bintang bintang dilangit yg cukup membuat ku tersenyum decak kagum.

Lantunan takbir yg begitu merdu dan indah cukup membuat hatiku merasa nyaman aku begitu terhanyut dalam suasana , hingga akhirnya aku tertidur lelap sambil disaksikan oleh para bintang dilangit


Sumber : Sasa Avisha 

Komentar

Postingan Populer